20160331

[Paper] Ketidak Selarasan Agama dan Adat Terhadap Perilaku Masyarakat


Sudah jelas sekali, Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Dari tiap-tiap daerahnya, masyarakat kerap kali mempertahankan budaya dan adat istiadat mereka. Bahkan Indonesia memiliki Undang Undang Kebudayaan yang mewajibkan setiap warga negaranya untuk melakukan upaya pelestarian kebudayaan yang dilaksanakan melalui perencanaan, penyelenggaraan, dan pengendalian yang bertujuan untuk memajukan peradaban bangsa demi kesejahteraan rakyat.
Selain berbudaya, Indonesia juga dikenal sebagai negara yang beragama. Salah satunya adalah Islam sebagai agama yang dominan memimpin negara berkembang yang kita tinggali ini. Agama islam masuk pada sekitar abad ke 17, dengan penyesuaian-penyesuaian pengajaran antara agama islam dan budaya Indonesia agar dapat diterima oleh masyarakat.

Namun, bagaimana jika ada kesenjangan antara agama yang diajarkan dan adat istiadat yang dianut masyarakat setempat?

Memang tidak dapat dipungkiri, masyarakat pedalaman memiliki nilai budaya yang masih sangat kental. Sering kali upacara-upacara adat dilakukan tanpa memperhatikan nilai-nilai dan norma lainnya. Bahkan masyarakat post-modern juga masih melakukan hal tersebut, namun dengan cara yang salah.

Sebuah kasus yang pernah saya temui di sebuah Kampung Babakan, Ciapus, Kab. Bogor, Jawa Barat. Warga disana berusaha menyatukan adat yang mereka anut dengan agama yang mereka percayai saat ini. Namun karena kurangnya sosialisasi yang baik, akulturasi ini malah beralih ke arah yang menyimpang. Contohnya, sebuah acara 7 bulanan (bagi ibu hamil). Umumnya, keluarga yang diberkahi akan mengadakan acara syukuran dengan menyelenggarakan pengajian. Tapi yang warga disana lakukan adalah pengajian juga disertai jampi-jampi dan sesajen, dengan alasan menghormati leluhur mereka. Jampi-jampi dipercaya untuk menghilangkan nasib buruk dari calon bayi, dan seperti yang kita ketahui sesajen untuk disembahkan kepada leluhur selama upacara berlangsung lalu dibagikan ke warga setempat. Tak hanya itu saja, baik yang beragama islam ataupun non-islam, hampir setiap perayaan dilangsungkan dengan disetai upacara adat jampi-jampi dan sesembahan sajen tersebut.

Dari segi pengetahuan budaya (the humanities), bahkan dari segi manapun, sangat disayangkan jika hal yang awalnya kecil dan berniat baik ini hanya akan membawa mereka ke jalan yang salah. Setiap budaya, setiap agama, yang ada di dunia ini, khususnya di Indonesia, memiliki aturan dan nilai-nilai intinya masing-masing. Namun akibat tradisi yang kental, keterbelakangan ilmu, dan kurangnya pemikiran ilmiah yang dimiliki masyarakat setempat mengakibatkan ketidak selarasan ini kerap kali terjadi.

Yang harus dilakukan adalah pengadaan kembali sosialisasi mengenai akulturasi antara kebudayaan dan keagamaan oleh orang yang paham atau ahli di bidangnya agar penyimpangan, kesenjangan, dan ketidak selarasan ini tak lagi terjadi kedepannya.



[ Berdasarkan studi kasus (lapangan) di daerah Kampung Babakan, Ciapus, Kab. Bogor, Jawa Barat yang dilakukan oleh penulis.]

No comments:

Post a Comment